Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 27 Agustus 2013

iOS vs android

Android dan iOS merupakan dua platform mobile terbesar saat ini. Platform besar lain, seperti Windows Phone dan BlackBerry, masih tertinggal cukup jauh untuk sekadar mendekati jumlah pangsa pasar keduanya.

Sebagai dua platform besar, sangat wajar apabila penggemar masing-masing kubu gemar menyombongkan kemampuan kedua produk ini. 

Kelebihan Android dibanding iPhone sebelumnya telah dibeberkan di artikel ini, tak lengkap rasanya KompasTekno tak membahas kelebihan iPhone dibanding Android.

Nah, berikut lima hal yang bisa "disombongkan" oleh pengguna iPhone kepada pengguna Android:

1. Aplikasi terbaik selalu datang lebih awal ke iOS 

Aplikasi-aplikasi terbaik, seperti Instagram, Vine, dan Plants vs Zombies 2, biasanya datang lebih awal ke aplikasi iOS. Aplikasi-aplikasi tersebut akan tersedia secara eksklusif terlebih dahulu di platform ini, sampai akhirnya pihak developer memutuskan untuk menghadirkannya di Android. 

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi untuk platform lain biasanya tidak sebentar. Lamanya ketersediaan sebuah aplikasi di Android disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perubahan desain agar bisa berjalan optimal dan penggunaan fitur-fitur dasar Android.

2. Bisa langsung update software dari Apple secepatnya saat sudah tersedia

Pengguna Android harus bersabar cukup lama, kadang sampai berbulan-bulan, untuk mendapatkan update sistem operasi terbaru dari Google. Sebagai contoh, Google telah merilis Android 4.3 pada akhir bulan Juli 2013. Namun, para pengguna perangkat Android, seperti HTC One, baru bisa mendapatkan update tersebut pada akhir bulan September 2013 mendatang.

Mengapa update software perlu menunggu lama? Setelah Google merilis versi terbaru dari sistem operasi mereka, pihak pengembang akan menguji coba apakah versi baru ini dapat berjalan dengan baik di perangkat buatan mereka. Para vendor yang memiliki theme atau tampilan antarmuka sendiri, juga harus menguji, apakah fitur baru di sistem operasi ini tidak konflik dengan yang sudah ada. 

3. Tidak seperti kebanyakan ponsel Android, iPhone terbuat dari bahan metal dan kaca

Beberapa perangkat Android memang tidak dipersenjatai dengan bahan kelas atas. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan bahan plastik. Bahan tersebut memang dipilih karena mampu menjaga keringanan dan juga memberikan kemampuan tahan bentur.

Berbeda dari kebanyakan perangkat Android, Apple menggunakan bahan metal yang dilindungi dengan kaca. Hal tersebut memberikan kesan premium dan juga high-end.

4. Android terfragmentasi

Sistem operasi buatan Google ini memang sudah terfragmentasi (digunakan di berbagai macam perangkat yang berbeda) dan sering ditemuinya sebuah aplikasi Android yang tidak bekerja dengan baik di perangkat Android tertentu.

Banyak aplikasi Android yang tidak kompatibel pada perangkat dengan ukuran layar dan resolusi yang berbeda, terutama pada smartphone Android berlayar kecil atau yang dilengkapi dengan keyboard QWERTY. Hal semacam ini bisa menyebabkan menyebabkan inkonsistensi pada perangkat Android.

Berbeda dari Android, Apple tidak perlu bekerja terlalu keras untuk masalah ini. Meski iPhone sudah memiliki 6 generasi, resolusi dan ukuran tidak terlalu berubah. Aplikasi akan secara konsisten bekerja di berbagai seri. 

5. iTunes

Apple memiliki gudang musik, acara televisi, dan film yang sangat lengkap di iTunes. Para penggunanya tidak perlu menyediakan waktu khusus pergi ke toko untuk berbelanja kebutuhan hiburan. Pengguna hanya perlu mengunjungi iTunes, mencari apa yang dibutuhkan, dan saat itu juga mereka bisa langsung menikmatinya.

Senin, 19 Agustus 2013

Merawat baterai ponsel

Saya pernah membaca artikel bapak didetikINET tentang maraknya gadget meledak dan cara menjaga keawetan baterai gadget. Info tersebut sangat bermanfaat untuk saya. Namun ada hal yang ingin saya tanyakan. 

Di artikel, bapak mengatakan bahwa: "Berbeda dengan Nickel Based baterry, Li-Ion tidak memiliki memory effect dan justru akan memperpendek usia baterai jika digunakan sampai habis (deep discharge). Dalam kasus tertentu, deep discharge dapat menyebabkan short circuit."

a. Apakah baterai li-ion harus selalu di full charged (100%) tiap kali pengecasan?

[Alfons]

Rasanya sih akan merepotkan kalau tidakfull charge, karena kita jadi harus menunggui HP yang sedang di-charge. Pada umumnya smartphone yang baik akan otomatis menghentikan chargingkalau baterai sudah penuh 100%.

b. Apabila baterai li-ion di-charge terlalu sering (misalnya masih 80% sudah di-charge lagi mumpung ada colokan), lalu dicabut saat belum full charged (misal 90% sudah dicabut karena harus dibawa). 

Apakah kebiasaan tersebut bila dilakukan berulang-ulang dapat merusak atau memperpendek usia baterai?

[Alfons]

Kebiasaan yang Anda maksudkan tidak memperpendek usia baterai karena memang Li Ion tidak memiliki memory effect seperti Ni Cad. Malahan secara teori teori Anda memiliki life cycle baterai lebih panjang dengan kebiasaan tersebut.

Menurut pengetesan independen di lab, baterai yang di-charge pada kapasitas 90% memiliki life cycle 3.750, baterai yang di-charge pada kapasitas 75% memiliki life cycle 2.000, baterai yang di-charge pada kapasitas 50% memiliki life cycle 1.200 dan baterai yang di-charge pada kapasitas 0% memiliki life cycle 300.

Minggu, 18 Agustus 2013

Bahaya smartphone bagi mata

Jangan terlalu sering memandangi layar ponsel pintar (smartphone) kalau tidak mau mata menjadi rabun jauh. Inilah isi imbauan David Allamby, dokter bedah mata asal Inggris yang mengatakan smartphone berpotensi merusak kualitas pandangan pemakainya. 

Allamby, ahli bedah laser yang juga memiliki klinik mata, menuding smartphone sebagai salah satu biang kerok meningkatnya jumlah orang yang menderita rabun jauh (miopi). Menurutnya, jumlah orang Inggris yang rabun jauh meningkat sebesar 35 persen sejak smartphone pertama diluncurkan pada 1997.

Perangkat pintar ini kerap dipandangi dalam jarak sangat dekat dari mata, yaitu sekitar 30 cm atau bahkan hanya 18 cm. Angka tersebut lebih dekat dibandingkan koran yang biasanya dibaca dalam jarak 40 cm.

Pengguna smartphone juga cenderung betah memandangi layar secara berlama-lama. Akibatnya, Allamby menjelaskan bahwa gen yang mengontrol sifat miopi menjadi aktif bahkan hingga lewat masa pertumbuhan (21 tahun). Kini, orang berumur 40 tahun sekalipun bisa terkena rabun jauh.

"Kalau tren seperti ini terus berlanjut, saya memperkirakan 40-50 persen orang berusia 30-an tahun bisa menderita rabun jauh pada 2033 nanti," ujar Allamby, seperti dikutip oleh Daily Mail.

Perangkat elektronik berlayar lain yang dipandangi dari jarak relatif dekat, seperti komputer, televisi, dan tablet, juga dapat mengakibatkan rabun jauh. Untuk mencegahnya, Allamby menyarankan pengguna tak berlama-lama memandangi perangkat itu dalam satu waktu.

Mata perlu istirahat agar tak memelototi layar terus menerus, misalnya dengan berjalan-jalan keluar rumah tanpa membawa smartphone. "Pertimbangkan juga dengan serius sebelum memberikan smartphone pada anak-anak," tambah Allamby.

Sebelumnya, University of California juga pernah merilis hasil penelitian tentang gangguan mata jika indra penglihatan itu terus-menerus fokus pada layar dan menyesuaikan diri dengan jarak proyeksi yang ditampilkan layar.

Hal ini dikenal dengan sebutan "vergence-accomodation," yang biasanyamembuat beberapa orang merasa mual atau pusing ketika menonton film 3D. Seperti diketahui, gambar 3D seakan membuat suatu obyek berada dalam jarak sangat dekat atau bahkan sangat jauh dari pandangan, hal ini membuat mata bergerak secara simultan dalam arah berlawanan untuk mempertahankan fokus.

Senin, 12 Agustus 2013

7 keunggulan android dan iPhone

KOMPAS.com Tidak bisa dipungkiri, Android dan iPhone merupakan platform ponsel pintar paling populer saat ini. Platform mobile lain, seperti Windows Phone dan BlackBerry, masih tertinggal cukup jauh untuk sekadar mendekati jumlah pangsa pasar keduanya.

Tentu, baik Android maupun iPhone, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, ada beberapa fitur yang dimiliki Android yang hingga saat ini masih belum ada di iPhone.

Apa saja? Berikut 7 fitur eksklusif yang hanya ada di Android, seperti dikutip dari Business Insider. 

1. Layar yang lebih besar

Salah satu hal yang menjadi pembeda antara Android dan iPhone adalah pihak yang mengembangkan perangkat. Hanya Apple sendiri yang mengembangkan iPhone, sedangkan Android tampak seperti proyek "keroyokan" semua vendor. 

Hal tersebut tentu mendatangkan keuntungan bagi Android dari sisi desain perangkat. Dengan begitu banyaknya vendor yang mengembangkan perangkat berbasis Android, akan semakin banyak pula model-model ponsel Android yang dilahirkan. 

Ponsel-ponsel ini pun akhirnya hadir dalam berbagai ukuran layar. Ponsel berbasis Android memiliki ukuran layar yang variatif, antara 3 inci hingga 7 inci. Sebagian besar perangkat Android sudah dirilis dengan bentang layar lebih dari 4 inci.

Sementara itu, iPhone hingga saat ini hanya memiliki dua ukuran layar, yaitu 3,5 inci (iPhone generasi pertama hingga 4S) dan 4 inci (iPhone 5).

Untuk urusan layar, Android memang bisa menyombongkan diri dengan mengatakan, "Perangkat-perangkat kami memiliki layar dengan ukuran lebih besar dari iPhone".

2. Dukungan terhadap kartu SD

Hanya ada empat kapasitas yang tersedia untuk perangkat iPhone, yaitu 8, 16, 32, dan 64 GB. Keempat kapasitas tersebut adalah harga mati karena iPhone tidak menyediakan slot kartu SD. Artinya, pengguna tidak bisa menambahkan kartu memori untuk memperluas kapasitasnya.

Berbeda dari iPhone, mayoritas perangkat berbasis Android sudah dilengkapi dengan dukungan kartu memori ini. Misalnya, apabila kapasitas media internal sebuah perangkat sebesar 64 GB dan ia mendukung kartu memori 64 GB, produk tersebut secara total memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 128 GB.

3. Bisa ganti baterai

Desain unibody iPhone memang keren. Namun, desain ini membuat komponen baterai tidak bisa dibongkar pasang. Artinya, apabila ada kerusakan atau baterai mulai "bocor", pengguna tidak bisa mengganti sendiri komponen tersebut. 

Sebagian besar produk Android dilengkapi dengan kemampuan untuk menukar baterai. Ya, memang ada beberapa perangkat yang tidak bisa ditukar baterainya karena menggunakan desain unibody. Namun, desain tersebut hanya dimiliki oleh sebagian kecil perangkat.

4. Kustomisasi layar dengan widget, aplikasi, dan wallpaper animasi

iOS, sistem operasi yang digunakan di perangkat iPhone, telah memiliki pakemnya sendiri. Pengguna tidak bisa mengutak-atik layar home dengan menambahkan shortcut aplikasi di bagian tersebut. Pengguna juga tidak bisa memasukkan wallpaper bergerak alias animasi.

Sementara pengguna Android memiliki lebih banyak kebebasan untuk melakukan kustomisasi. Pengguna bisa menambahkan widget, semacam shortcut yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan fitur dari sebuah aplikasi tanpa harus membukanya, di layar home. Ia juga mendukung wallpaper dalam bentuk animasi dan layar home bisa ditambahkan dengan berbagai shortcut aplikasi.

5. Aplikasi peta digital yang lebih baik

Tidak bisa dipungkiri, aplikasi Google Maps jauh lebih baik dibandingkan Apple Maps. Google Maps dapat menampilkan data yang lebih akurat dibandingkan aplikasi peta buatan Apple ini.

Memang para pengguna iPhone bisa mengunduh aplikasi Google Maps melalui App Store. Namun, pengguna Android sudah langsung menikmati aplikasi tersebut, tanpa harus mengunduhnya terlebih dahulu.

6. Android menggunakan charger USB standar

iPhone 5 hadir dengan port charger yang berbeda dari generasi pendahulunya, dari 30 pin menjadi hanya 8 pin. Hal ini akan merepotkan orang yang memiliki berbagai perangkat mobile Apple. Bayangkan, bagaimana jika pengguna ini membawa iPhone generasi lama, iPad generasi 2, dan juga iPhone 5. Tentunya, ia harus membawa dua jenis charger sekaligus.

Hal tersebut berbeda dari pengguna Android. Rata-rata, jenis charger yang digunakan sama, yaitu micro USB. Pengguna hanya perlu membawa satu jenis charger untuk mengisi daya berbagai jenis ponsel.

7. Sinkronisasi data Google yang sangat mudah

Para pengguna Android cukup memasukkan akun Google mereka ke ponsel dan secara otomatis semua aplikasi Google akan melakukan sinkronisasi. Ponsel secara otomatis akan mengunduh inbox di Gmail, data bookmark secara langsung berpindah ke Chrome di ponsel, dan masih banyak lagi kemudahan lainnya.

Sementara itu, pengguna iPhone harus memasukkan data akun satu per satu ke masing-masing aplikasi Google.

Efek negatif smartphone

Secara tidak sadar kehidupan manusia kini sangat bergantung dengan smartphone. Alat komunikasi canggih itu hampir tidak pernah terlepas dari tangan. Bahkan tidak sedikit dari Anda yang dapat melihatnya lebih dari 150 kali dalam sehari. 

Namun tahukah Anda jika smartphone dapat mempengaruhi kesehatan tubuh mulai dari mata hingga tulang belakang? Berikut dampak buruk smartphone yang perlu diwaspadai seperti detikINET kutip dari Daily Mail, Minggu (11/8/2013).

1. Merusak mata
Apakah Anda pernah merasakan mata kering setelah memakai smartphone? Hal itu disebabkan karena Anda terlalu lama fokus pada benda kecil dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika terus dibiarkan bisa berdampak pada peradangan dan infeksi mata.

Sebaiknya smartphone juga dijauhkan dari anak-anak karena menurut Allon Barsam, konsultan bedah mata di Luton & Dunstable University Hospital, Inggris, gadget tersebut dapat meningkatkan potensi terkena mata rabun. Psikolog Dr. Aric Sigman juga menyarankan untuk tidak memperbolehkan anak berusia 3-7 tahun bermain game dengan layar kecil selama lebih dari setengah jam sehari.

Selain itu menurut penelitian, penggunaan smartphone juga dapat menyebabkan Presbyopia yaitu ketidakmampuan mata untuk fokus melihat objek yang dekat, biasanya mulai diderita orang berusia 40 tahun ke atas. Penyakit itu dapat muncul akibat kebiasaan melihat layar handphone dengan jarak yang sangat dekat.

Solusi: Besarkan ukuran teks pada smartphone Anda. Gunakan ketika berada dalam ruangan dengan penerangan yang cukup dan tidak lebih dari 15 menit.

2. Merusak tulang belakang
Penggunaan smartphone dapat mengubah postur tubuh kita. Seperti yang dipaparkan oleh Kirsten Lord, fisioterapis, tubuh kita merupakan produk dari apa yang kita lakukan sehari-hari.

Dapat dilihat sekarang banyak orang yang merasakan sakit di leher atau pundaknya. Hal ini disebabkan karena kita sering mencondongkan badan ketika membaca sesuatu di handphone atau tablet. Posisi seperti itu dapat meremukkan bagian atas tulang belakang dan menekan syaraf yang menuju ke kepala. Sehingga menyebabkan sakit kepala serta rasa kaku dan kelelahan.

Solusi: gunakan alat hands-free. Selain itu Kirsten juga memberi saran untuk melakukan latihan sederhana untuk memperpanjang otot leher dengan membayangkan tali menarik bagian tengah kepala Anda untuk membantu memperbaiki postur tubuh.

3. Mengubah bentuk rahang
Penggunaan smartphone berlebihan juga dapat menyebabkan bentuk rahang anda berubah. Dr. Sam Bunting seorang dokter kulit mengatakan, "Aku melihat peningkatan jumlah perempuan usia 30-an yang khawatir akan bagian bawah wajahnya melemah. Seiring bertambahnya usia, elastisitas kulit berkurang dan menekuk leher selama berjam-jam untuk memainkan smartphone dapat menyebabkan kulit tertarik ke bawah."

Solusi: Pegang smartphone atau tablet lurus sejajar di depan Anda. Jangan sampai di bawah dada agar Anda tidak terus-menerus melihat ke bawah.

Selasa, 06 Agustus 2013

20 masalah pasca nikah

Ericka Souter, dalam blog-nya CafeMom, pernah mencoba menelusuri masalah yang kerap dialami perempuan usai menikah. Rata-rata menyebutkan masalah yang sama, entah itu masalah keuangan, hingga hilangnya kebebasan. Dari obrolan dan diskusi itu, ada 20 masalah yang kerap dialami. Berikut di antaranya.


1. Masalah keuangan. Ini menjadi yang paling banyak terjadi. Diskusi soal perencanaan dan pembagian keuangan menjadi hal yang rentan mengundang emosi bagi sebagian besar pasangan.


2. Jorok. Pria masih kerap membawa kebiasaan dirinya ketika masih melajang, yang tidak terbiasa untuk menjaga kebersihan. Walaupun, kadang sudut pandang mengenai apa yang dianggap bersih berbeda-beda.


3. Si dia tidak pernah mau ikut anak ke acara sekolah. Pria menganggap pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu. Lagipula, ia sibuk dengan pekerjaan.


4. Ada campur tangan mertua. Di rumah tangga, selalu ada orang ketiga. Ia bukan wanita idaman lain, melainkan mertua.


5. Ekspektasi besar. Masalah kecil kerap timbul karena ekspektasi tidak sesuai kenyataan. Anda berharap dia akan melakukan sesuatu sama seperti apa yang Anda lakukan padanya, namun kenyataan berbeda. Jadi kecewa karena ekspektasi tak terwujud makin lama makin menjadi masalah besar.


6. Si dia tidak mau menambah anak, sementara Anda ingin menambah satu anak lagi. Problem anak ini jika berlarut-larut bisa jadi genting.


7. Masalah hubungan seksual. Mungkin agak terlambat menyadari, tetapi ada beberapa pasangan yang kemudian menyadari tidak cocok di ranjang.


8. Tidak menghabiskan banyak waktu berduaan. Setelah bekerja, mengurus anak, lalu membereskan rumah, jarang ada waktu lagi untuk bermesraan seperti saat berpacaran. Tak heran hubungan perkawinan jadi seperti rutinitas yang membosankan.


9. Si dia tidak membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Misalkan dalam membereskan rumah atau mencuci piring. Pria kerap bersikap seolah-olah piring bisa bersih dengan sendirinya (padahal Anda yang terpaksa mencuci piring malam-malam). 

10. Tidak ada ruang sendiri lagi. Kebanyakan waktu berdua di rumah justru menjadikan aktivitas berasa membosankan. Tidak ada waktu lagi untuk menikmati rasa bebas.


11. Si dia tidak pernah mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Anda merasa seperti berhadapan dengan tembok. Padahal ngobrol tentang aktivitas sehari-hari dan pillow talk adalah penting.


12. Kebiasaan ngorok begitu keras, dan si dia tidak pernah berusaha mencari solusinya. Lalu berkata bahwa kalau menikah suami-istri harus siap menerima satu sama lain "satu paket".


13. Obsesi terhadap olahraga. Hal ini menyebabkan si dia abai terhadap Anda, bahkan pada hari ulang tahun Anda ia masih sibuk dengan nonton pertandingan bareng dan sebagainya.


14. Soal karier, si dia tidak menghargai target tujuan karier yang Anda inginkan, seperti dia menginginkan pencapaian prestasi di pekerjaannya sendiri.


15. Si dia kerap pergi ke klub dan atau hiburan malam. Alasannya, untuk "me time". Anda sendiri kesulitan untuk "me time" karena harus mengurus anak.


16. Pasangan aktif di media sosial, dan sering saling sapa dengan mantan kekasih. Ini jelas tidak baik.


17. Setelah menikah jarang atau hampir tidak ada lagi kencan di luar. Yang ada aktivitas yang terbatas dengan pekerjaan, rumah, pekerjaan, dan rumah. Pernikahan lalu terasa menjadi membosankan.


18. Dalam mengurus anak, si dia jarang ikut serta. Anda jadi lupa bahwa Anda punya suami, dan merasa seperti single mom.


19. Jarang berhubungan seks. Ada persoalan mati rasa dan sudah seperti teman satu kamar saja.


20. Di antara masalah besar, adabanyak masalah kecil yang jadi kerikil. Seperti kebiasaan tidak mau mengganti kertas tisu di toilet, selalu lupa menaruh handuk basah di tempat seharusnya, dan hal-hal kecil lainnya.



Usia bahagia

Usia mungkin memang hanya sebatas angka. Namun, banyak yang beranggapan masa muda adalah masa bahagia. Ketika beranjak tua, dengan kerut dan keriput yang menghiasi wajah, kebahagiaan kita pasti berkurang.


Anggapan itu terbantahkan, ketika sebuah studi menemukan bahwa seseorang menemukan kebahagiaan justru ketika di usia lanjut. Survei tersebut melibatkan 340.000 orang dengan metode wawancara via telepon. Jawaban terbanyak, mereka yang di atas usia 50 tahun mulai merasakan menemukan arti kebahagiaan. Puncaknya di usia 85 tahun, ketika mereka lebih nyaman dengan diri sendiri dan merasa mampu menikmati hidup. 

Menariknya, survei tersebut malah menemukan kalau kebahagiaan menurun justru di usia 18 hingga 50 tahun. Dr Arthur A. Stone, profesor psikologi dari State University of New York di Stony Brook, mengungkapkan beberapa hal yang membuat orang menjadi lebih bahagia di usia lanjutnya.


"Bisa jadi karena perubahan lingkungan sekitar dan psikologi dalam diri masing-masing, terutama akan cara pandang mereka terhadap dunia, sehingga membuat mereka lebih berbahagia," ujarnya.


Survei via telepon ini melibatkan partisipan yang berusia dari 18 - 85 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang di usia 18 tahun merasa penuh vitalitas, lalu menurun sampai usia 50 tahun. Makin bertambah usia, mereka merasa makin bahagia. Di usia 85 tahun, mereka nyaman dengan diri mereka sendiri.


Hasil survei yang sama juga pernah dilakukan oleh University of Warwick, Inggris. Peneliti menemukan tingkat kebahagiaan seseorang bisa digambarkan dalam kurva berbentuk U, dengan titik terendah di usia 45 tahun, lalu meningkat lagi setelahnya.


Tetapi apa sebenarnya yang membuat orang-orang ini bahagia?


Ada tujuh penyebabnya, yakni mereka makin menghargai lebih dalam arti hidup dan kehidupan, merasa cukup dan berkecukupan, kemampuan yang besar untuk memahami persoalan dan mengatasinya, makin sedikit ekspektasi untuk hal-hal besar, mampu menjalani apa yang ada saat ini tanpa khawatir akan masa depan, bijak bahwa tidak mungkin menyenangkan semua pihak, serta melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif.


Bagaimana dengan Anda, sudah menemukan kebahagiaan? Mungkin bisa mencoba menerapkan tujuh hal di atas.