Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 14 November 2012

Belum Jelas Kapan Semburan Lumpur Metatu Berhenti

GRESIK, KOMPAS.com — Meskipun mengecil, semburan lumpur bercampur gas dan lantung (minyak mentah) di areal sawah tambak Desa Metatu, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, masih belum bisa diprediksi kapan berhenti. Suara gemuruh masih terdengar dari pusat semburan persis di bawah pohon ngembo.

Hasil penelitian terhadap kandungan semburan itu baru akan diketahui paling cepat tiga hari mendatang. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, Tugas Husni Syarwanto, Rabu (14/11/2012), menyatakan, pihaknya telah mengambil sampel dari luberan semburan untuk diteliti di laboratorium.

Meskipun terlihat lantung dan ada bau gas menyengat, jenis dan komposisinya harus menunggu hasil pemeriksaaan laboratorium. "Tekanannya cukup kuat dan aktif di titik semburan," ujar Tugas.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik juga menerjunkan tim untuk memantau perkembangan semburan lumpur. Jika semburan membesar dan dinilai membahayakan warga maka akan disiapkan upaya pengamanan.

Kepala BPBD Gresik, Hari Sucipto, menyatakan, Dinas Pekerjaan Umum mengantisipasi dengan menyiapkan alat berat untuk penanggulan jika ada potensi membesar.

"Kami berharap semburan segera tertangani. Kalaupun harus ditanggul, tentu tanggulnya berbeda dengan tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo. Semburan di sini relatif kecil," ujar Hari.

Warga penasaran

Sementara itu, warga Gresik khususnya dari Kecamatan Cerme, Benjeng, dan Balongpanggang yang melintasi Jalan Raya Metatu masih ingin tahu semburan lumpur yang terjadi sejak Selasa malam. Lokasi semburan menjadi tontonan dan arena wisata dadakan.

Polisi siaga mengatur lalu lintas agar tidak macet dan mengimbau warga agar tidak mendekat pada radius 50 meter dari pusat semburan, tidak merokok atau menyalakan api. Garis polisi dan anyaman bambu (sesek) dipasang sejak pagi agar warga tidak mendekati pusat semburan.

Ada gelembung lain
Selain di pusat semburan di areal sawah tambak, selama ini juga ada gelembung (bubble) lantung di permukiman warga di Metatu, yang menyebutnya lantung.

Di belakang rumah Imron (47), misalnya, juga ada gelembung yang mengandung lantung dengan kedalaman 3 meter yang diberi dinding mirip sumur. Lantungnya (minyak mentah) biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak. Caranya, kayu dicelupkan ke lantung, nyala apinya cepat dan bisa tahan lama.

"Bahkan lantung juga ada yang memakai sebagai campuran bahan bakar solar untuk kendaraan," kata Imron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar