Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 06 Agustus 2013

20 masalah pasca nikah

Ericka Souter, dalam blog-nya CafeMom, pernah mencoba menelusuri masalah yang kerap dialami perempuan usai menikah. Rata-rata menyebutkan masalah yang sama, entah itu masalah keuangan, hingga hilangnya kebebasan. Dari obrolan dan diskusi itu, ada 20 masalah yang kerap dialami. Berikut di antaranya.


1. Masalah keuangan. Ini menjadi yang paling banyak terjadi. Diskusi soal perencanaan dan pembagian keuangan menjadi hal yang rentan mengundang emosi bagi sebagian besar pasangan.


2. Jorok. Pria masih kerap membawa kebiasaan dirinya ketika masih melajang, yang tidak terbiasa untuk menjaga kebersihan. Walaupun, kadang sudut pandang mengenai apa yang dianggap bersih berbeda-beda.


3. Si dia tidak pernah mau ikut anak ke acara sekolah. Pria menganggap pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu. Lagipula, ia sibuk dengan pekerjaan.


4. Ada campur tangan mertua. Di rumah tangga, selalu ada orang ketiga. Ia bukan wanita idaman lain, melainkan mertua.


5. Ekspektasi besar. Masalah kecil kerap timbul karena ekspektasi tidak sesuai kenyataan. Anda berharap dia akan melakukan sesuatu sama seperti apa yang Anda lakukan padanya, namun kenyataan berbeda. Jadi kecewa karena ekspektasi tak terwujud makin lama makin menjadi masalah besar.


6. Si dia tidak mau menambah anak, sementara Anda ingin menambah satu anak lagi. Problem anak ini jika berlarut-larut bisa jadi genting.


7. Masalah hubungan seksual. Mungkin agak terlambat menyadari, tetapi ada beberapa pasangan yang kemudian menyadari tidak cocok di ranjang.


8. Tidak menghabiskan banyak waktu berduaan. Setelah bekerja, mengurus anak, lalu membereskan rumah, jarang ada waktu lagi untuk bermesraan seperti saat berpacaran. Tak heran hubungan perkawinan jadi seperti rutinitas yang membosankan.


9. Si dia tidak membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Misalkan dalam membereskan rumah atau mencuci piring. Pria kerap bersikap seolah-olah piring bisa bersih dengan sendirinya (padahal Anda yang terpaksa mencuci piring malam-malam). 

10. Tidak ada ruang sendiri lagi. Kebanyakan waktu berdua di rumah justru menjadikan aktivitas berasa membosankan. Tidak ada waktu lagi untuk menikmati rasa bebas.


11. Si dia tidak pernah mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Anda merasa seperti berhadapan dengan tembok. Padahal ngobrol tentang aktivitas sehari-hari dan pillow talk adalah penting.


12. Kebiasaan ngorok begitu keras, dan si dia tidak pernah berusaha mencari solusinya. Lalu berkata bahwa kalau menikah suami-istri harus siap menerima satu sama lain "satu paket".


13. Obsesi terhadap olahraga. Hal ini menyebabkan si dia abai terhadap Anda, bahkan pada hari ulang tahun Anda ia masih sibuk dengan nonton pertandingan bareng dan sebagainya.


14. Soal karier, si dia tidak menghargai target tujuan karier yang Anda inginkan, seperti dia menginginkan pencapaian prestasi di pekerjaannya sendiri.


15. Si dia kerap pergi ke klub dan atau hiburan malam. Alasannya, untuk "me time". Anda sendiri kesulitan untuk "me time" karena harus mengurus anak.


16. Pasangan aktif di media sosial, dan sering saling sapa dengan mantan kekasih. Ini jelas tidak baik.


17. Setelah menikah jarang atau hampir tidak ada lagi kencan di luar. Yang ada aktivitas yang terbatas dengan pekerjaan, rumah, pekerjaan, dan rumah. Pernikahan lalu terasa menjadi membosankan.


18. Dalam mengurus anak, si dia jarang ikut serta. Anda jadi lupa bahwa Anda punya suami, dan merasa seperti single mom.


19. Jarang berhubungan seks. Ada persoalan mati rasa dan sudah seperti teman satu kamar saja.


20. Di antara masalah besar, adabanyak masalah kecil yang jadi kerikil. Seperti kebiasaan tidak mau mengganti kertas tisu di toilet, selalu lupa menaruh handuk basah di tempat seharusnya, dan hal-hal kecil lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar