Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 27 Oktober 2013

Perbedaan Penembak Jitu dengan Sniper

Seringkali kita mengartikan sniper dalam dunia militer adalah sebagai penembak jitu (sharp shooter), padahal keduanya adalah berbeda dalam tugasnya di medan perang (militer) maupun di dunia kepolisian. Dalam artikel ini akan kita bahas perbedaan antara sniper dan sharp shooter, baik dalam tugas utama, senjata, maupun pendukung lainnya.

Sniper, atau penembak runduk, adalah seorang prajurit infanteri yang secara khusus terlatih dan dilatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh secara tersembunyi (silent) dari jarak jauh dengan menggunakan senapan. Istilah ini muncul pada tahun 1770-an, pada prajurit-prajurit Kolonial Inggris di India, dari kata snipe, yaitu sejenis burung yang sangat sulit untuk didekati dan ditembak. Mereka-mereka yang mahir memburu burung ini diberi julukan “sniper”.. Doktrin militer tentang sniper dalam posisinya pada unit militer, lokasi menembak, dan taktik adalah berbeda pada setiap negara. Secara umum, tujuan sniper dalam peperangan adalah mengurangi kemampuan tempur musuh dengan cara membunuh sasaran yang bernilai tinggi, seperti perwira atau komandan lapangan.

Dalam doktrin Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara lainnya, satu tim sniper berisi hanya dua orang. Dua orang ini mempunyai fungsi yang berbeda, satu sebagai penembak, dan satu orang lagi sebagai spotter yaitu penunjuk sasaran. Dalam prakteknya, spotter dan penembak biasa bergiliran menembak, agar mengurangi kelelahan pada mata dan keakuratan dalam membidik sasaran.

Misi atau tugas utama sniper dalam tugas militer adalah melakukan pengintaian dan pengamatan, anti-sniper, membunuh komandan musuh, memilih target sendiri secara oportunis atau terseleksi, atau bahkan tugas anti material (penghancuran peralatan militer). Untuk melakukan tugas ini, tim sniper memerlukan senapan berkaliber besar seperti BMG 0.50. Negara Amerika Serikat pada saat operasi militer di Iraq, tim sniper semakin banyak digunakan sebagai peran pendukung, yaitu untuk melindungi pergerakan infanteri, khususnya di daerah perkotaan yang sangat rawan terhadap hadangan bersenjata dan perang kota (city war), sehingga meminimalkan jatuhnya korban jiwa prajurit.

Dalam tugas kepolisian, biasanya menurunkan tim sniper dalam penanganan skenario penyanderaan. Mereka dilatih untuk menembak sebagai pilihan terakhir, hanya jika nyawa sandera terancam langsung. Sniper polisi biasanya beroperasi dalam jarak yang lebih dekat dari pada sniper militer. Biasanya di bawah 100 meter dan bahkan kadang kadang kurang dari 50 meter. Karena inilah sniper polisi lebih tepat disebut sebagai penembak jitu. Sniper polisi lebih terlatih menembak untuk melumpuhkan daripada membunuh, dikarenakan peran polisi sebagai pengayom masyarakat.

Dalam artikel di atas telah ditulis bahwa sniper harus dapat membunuh atau menghancurkan fasilitas militer secara diam-diam dan tidak terdeteksi oleh lawan dengan cara menggunakan kamuflase dan membatasi gerakan mereka.

Bidikan teleskopik harus mendapatkan perhatian khusus, karena lensa/teleskop dari alat bidik harus terbuka, tapi dalam keadaan terbuka akan dapat memantulkan cahaya matahari, dan ini bisa membeberkan posisi sniper. Solusi yang biasa digunakan adalah mencari tempat bersembunyi yang tidak terkena cahaya matahari langsung, atau dengan menutupi lensa dengan sesuatu yang tidak memantulkan cahaya, seperti sebuah kain tipis.

Sniper juga harus memperhatikan kamuflase tubuh mereka karena dapat terlihat musuh dengan cahaya infra-merah, karena militer modern sudah menggunakan penglihatan suhu (thermal vision), menggantikan night vision, yang hanya meningkatkan intensitas cahaya. Bahan pakaian dan peralatan bisa muncul bila dilihat dengan alat thermal vision. Maka sniper juga bisa memakai bahan lain seperti plastik, atau bahan khusus seperti selimut thermal, atau bahan lain yang tidak terdeteksi oleh thermal vision. Satu peluru satu serdadu. Satu tarikan pelatuk senapan, satu nyawa lawan harus berpulang nama. Begitulah hukum wajib para sniper. Sekali bidik tak boleh ada buruan lolos. Tak ada kamus meleset, karena itu pertanda kegagalan. Tak gampang jadi sniper. Selain serdadu pilihan, para sniper harus punya kemampuan menembak diatas rata-rata penembak biasa, yakni piawai menghitung faktor jarak tembak, ukuran lokasi, kondisi alam atau bentuk pandangan. Oleh karena itu para sniper dilatih untuk punya keahlian dasar infantri, kemampuan survival pada kondisi alam yang sulit dan memiliki insting membunuh serta ketahanan dan sabar dalam membidik lawan. Untuk menjadi mesin pembunuh mumpuni, para sniper dibekali, peralatan unik sebagai perlengkapan tugasnya. Agar dalam melakukan kerjanya, sniper tidak terdeteksi lawan. Oleh karena itu sniper bisa dikatakan sebagai serdadu siluman, karena mempunyai kemampuan mengelabui lawan atau keahliannya berkamuflase. Tapi yang pasti, satu perlengkapan wajib para sniper adalah senapan runduk. Senapan ini merupakan ‘istri pertama’ para sniper untuk mencabut nyawa incarannya

Penembak jitu atau sharp shooter adalah istilah yang dipakai pada bidang militer yaitu seorang penembak jitu yang terlatih dan dilatih untuk menembak secara tepat dan akurat dengan menggunakan senapan tipe tertentu yang biasanya hamper sama dengan senapan serbu/tempur hanya sudah dimodifikasi dan ditambah beberapa peralatan pendukung. Beberapa doktrin militer memakai penembak jitu yang tergabung dalam infanteri tingkat regu.

Perbedaan penembak runduk dengan penembak jitu

Beberapa doktrin/fakta bisa membedakan antara penembak runduk (sniper) dengan penembak jitu (marksman, sharpshooter, atau designated marksman). Sniper terlatih sebagai ahli stealth dan kamuflase, sedangkan penembak jitu tidak. Sniper merupakan bagian terpisah dari regu infanteri, yang juga berfungsi sebagai pengintai dan memberikan informasi lapangan yang sangat berharga, sniper juga memiliki efek psikologis terhadap musuh. Sedangkan penembak jitu tidak memakai kamuflase, dan perannya adalah untuk memperpanjang jarak jangkauan pada tingkat regu.

Penembak jitu umumnya memiliki jangkauan sampai 800 meter, sedangkan sniper bisa sampai 1500 meter atau lebih. Ini dikarenakan sniper pada umumnya menggunakan senapan runduk bolt-action khusus, sedangkan penembak jitu menggunakan senapan semi-otomatis, yang biasanya berupa senapan tempur atau senapan serbu yang dimodifikasi dan ditambah teleskop. Senapan penembak jitu harus memiliki jangkauan yang lebih jauh dari senapan serbu (sekitar 500 meter), tapi tidak perlu sampai jangkauan tingkat senapan runduk (lebih dari 1000 meter). Sniper telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik bersembunyi, pemakaian kamuflase, keahlian pengintaian dan pengamatan, serta kemampuan infiltrasi garis depan. Ini membuat sniper memiliki peran strategis yang tidak dimiliki penembak jitu. Penembak jitu dipasang pada tingkat regu, sedangkan sniper pada tingkat batalyon dan tingkat kompi. Inilah sedikit gambaran perbedaan antara sniper dan sharp shooter (penembak jitu) yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet maupun artikel-artikel di majalah militer, semoga bermanfaat bagi para pembaca


ilustrasi
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=481495361949847&set=a.358473790918672.78772.358471770918874&type=1 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar