Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 09 Februari 2016

Si Naga yang terbangun membangun Sepakbola

Liga China mencuri perhatian di awal tahun 2016. Banyak bintang berdatangan ke 'negeri tirai bambu', mereka sedang membangun reputasi liga sepakbolanya.

Di saat klub-klub Eropa tak banyak melakukan banyak pembelian di bursa transfer bulan Januari, ada klub-klub dari benua Asia, tepatnya China, yang melakukan belanja-belanja besar.

Yang paling menyita perhatian tentu saja adalah pembelian Alex Teixeira yang didatangkan Jiangsu Suning dari Shakhtar Donetsk dengan nilai transfer sebesar 50 juta euro.

Pemain lain yang juga didatangkan dengan banderol tinggi ada Jackson Martinez. Dia digaet oleh Guangzhou Evergrande dari Atletico MAdrid dengan nilai transfer sebesar 42 juta euro.

Selain dua pemain itu, masih ada Ramires dan juga Fredy Guarin yang menyeberang ke Liga China. Untuk empat pemain itu saja, klub-klub Liga China sudah menggelontorkan uang sekitar 131 juta euro. Dengan jumlah itu, ada keyakinan bahwa mereka akan dengan mudah memecahkan rekor transfer sebesar 100 juta euro di masa mendatang.

Lantas apa yang membuat Liga China kini begitu jor-joran untuk membeli pemain dengan dengan dana yang besar?

Masih ingat pada kunjungan presiden China, Xi Jinping, ke markas City pada bulan Oktober lalu? Setelah kunjungan itu, Xi meminta adanya perubahan besar di level grassrootsepakbola China. Itu dilakukan sebagai komitmen dukungan besarnya untuk olahraga.

Ada beberapa misi yang hendak dicapai oleh Xi lewat sepakbola. Tapi, dia memang sosok yang memang senang dengan sepakbola.

Misi yang paling sederhana adalah untuk menghambat pertumbuhan obesitas di China. Dengan meriahnya Liga China, diharapkan akan menumbuhkan keinginan generasi muda China untuk kembali berolahraga.

Xi juga ingin agar gengsi Liga China bisa segera naik. Incarannya jelas soal bisnis. Dengan adanya bintang-bintang besar, mereka jelas akan menaikkan nilai jual Liga China.

Untuk sementara ini sudah ada pemain-pemain seperti Tim Cahill, Paulinho, Demba Ba, dan juga Gyan Asamoah yang berkiprah di Liga Super China. Di level pelatih, ada Luiz Felipe Scolari dan Mano Menezes. Scolari sudah menangani Guangzhou sejak tahun 2015, sementara Menezes mulai menangani Shandong Luneng di tahun ini.

Dengan ambisi yang sudah diucapkan oleh Xi, para pemilik klub lantas merasa tertantang dengan rencana negara dan juga investasi privat untuk menggandakan ukuran ekonomi olahraga di tahun 2025.

Ada juga satu fakta yang mengganggu bagi publik China. Dengan status salah satu raksasa di kancah sepakbola Asia, mereka baru sekali lolos ke putaran Piala Dunia. Saat ikut ambil bagian di Piala Dunia 2002, mereka menjadi juru kunci tanpa bisa membobol gawang dan juga catatan kemenangan.

Sementara untuk level Asia, raihan terbaik China baru sebatas dua kali menjadi runner-up. Mereka mencapainya di tahun 1984 dan 2004. Dengan membangun liga yang bagus dan kompetitif, jelas China juga sedang mempunyai misi untuk membuat pondasi yang kuat untuk tim nasional mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar